Sabtu, 23 November 2019

ANTIKONVULSAN


Antikonvulsan adalah kelompok obat yang secara khas mengakibatkann berbagai gejala neuropskiatrik apabila dosisnya melebihi kisaran teraupetik yang lazim. Meskipun demekian, beberapa obat antikonvulsan dapat mengakibatkan masalah pada sebagin kecil pasien bahkanpada  dosis normal.antikonvulsan dapat meredakan nyeri neuropatik dengan menstabilkan aktivitas ektopikdari neuron atau yang cedera atau disfungsi. Antikonvulsan dapat memengaruhi sensitisasi perifer,sensitisasi sentral,atau keduanya,tergantung pada obat spesifik mana yng dipilih.karena obat-obatan ini tidak spesifik,efek samping yang termasuk sedasi,pusing,pemikirankabur dan retensi air sering terjadi dan sering membatasi manfaat terapinya. Antikonvulsan efektif sebagai terapi nyeri neuropatik karena mampu mencegah aktivitas ektropik saraf berlebihan pada saraf yang cedera pada konsentrasi yang lebih rendah dari yang diperlukan untuk memblokir pembentukan dan konduksi impuls normal. Antikonvulsan dapat menyebabkan terjadinya ruam. Ruam parah pernah dilaporkan pada penggunaan karbamazepin, fenitoin dan lamotrigin.
            Saraf-saraf dalam sel otak saling berkomunikasi melalui sinyal listrik, sehingga dapat memerintahkan tubuh untuk bergerak atau bertindak. Pada kondisi kejang, jumlah rangsangan sinyal listrik saraf melebihi batas normal. Perubahan rangsangan sinyal saraf tersebut dapat disebabkan oleh cedera pada otak, tumor otak, stroke, atau gangguan di luar otak, misalnya gangguan elektrolit. Obat antikonvulsan dapat menormalkan kembali rangsangan di sepanjang sel saraf, sehingga kejang dapat dicegah atau diatasi.
Obat antikonvulsan terdiri dari beberapa jenis, yang meliputi:
·         Barbiturat. Obat ini menekan aktivitas sistem saraf pusat dan meningkatkan aksi gamma-aminobutyric acid (GABA) yang menghambat neurotransmitter, sehingga mencegah terjadinya kejang. Antikonsvulsan barbiturat dipakai dalam mengobati semua jenis kejang. Contoh obat ini adalah phenobarbital.
·         Penghambat carbonic anhydrase. Obat ini menghambat enzim carbonic anhydrase,sehingga mempengaruhi elektrolit dan keseimbangan asam basa pada sel. Hal ini dapat mencegah kejang. Selain kejang, obat ini digunakan sebagai diuretik dan mengatasi glaukomaContohnya adalah topiramate.
  • Benzodiazepine. Obat ini bekerja dengan cara menekan sistem saraf pusat dan meningkatkan aktivitas GABA. Contoh obat ini adalah diazepam, clonazepam, dan lorazepam.
  • Dibenzazepine. Obat ini juga meningkatkan aktivitas GABA dan menghambat aktivitas natrium dalam sel. Contoh obat ini adalah oxcarbazepine dan carbamazepine.
  • Turunan asam lemak. Obat ini menghambat enzim penghancur GABA, sehingga meningkatkan konsentrasi GABA. Contoh obat ini adalah asam valproat (valporic acid).
  • Hydantoin. Obat ini menghentikan rangsangan sel saraf yang berlebihan saat kejang dengan menghambat aktivitas natrium dalam sel saraf. Contoh obat ini adalah phenytoin.
  • Pyrrolidine. Obat ini dipakai untuk pengobatan epilepsi dan bekerja dengan cara memperlambat transmisi saraf. Contoh obat ini adalah levetiracetam.
  • Triazine. Obat ini dapat menghambat pelepasan rangsangan neurotransmitter, glutamat, dan aspartate. Contoh obat ini adalah lamotrigine.
  • Analog gamma-aminobutyric acid (GABA). Obat ini bekerja layaknya GABA dalam tubuh. Contoh obat ini adalah gabapentin.
  • Obat antikonvulsan lainnya, misalnya magnesium sulfat.
Salah satu bentuk kejang yang sering dijumpai pada anak adalah kejang  demam. Kejang demam adalah kejang disertai demam ( suhu ≥ 100.4 ° F atau 38°C), tanpa infeksi sistem saraf, yang terjadi pada bayi dan anak-anak 6 sampai 60 bulan.  Kejang demam terjadi pada 2% sampai 5% dari semua anak-anak, dengan demikian  menjadi bentuk yang paling umum terjadi. Pada tahun 1976, Nelson dan Ellenberg,   menggunakan data dari National Collaborative Perinatal Project dan ditetapkan  bahwa kejang demam diklasifikasikan sebagai simpleks atau kompleks. Kejang  demam simpleks didefinisikan sebagai kejang yang terjadi setelah demam, yang  berlangsung selama kurang dari 15 menit dan tidak berulang dalam waktu 24 jam. Kejang demam kompleks didefinisikan sebagai kejang fokal, berlangsung lebih dari 15 menit, dan atau berulang dalam waktu 24 jam.



DAFTAR PUSTAKA
Rehatta,M., E.Hanindito.,A.R.Tantri.,I.K.Redjeki.,R.F.Soenarto.,D.Y.Bisri.,T.Musba dan M.I.Lestari.2019. Anestesiologi dan Terapi Intensif, PT.Gramedia Pustaka Utama,Jakarta.
David,A.T.2003. Buku Saku Psikiatri,EGC,Jakarta.



Permasalahan:
1. kejang dapat mengakibatkan cedera yang berbahaya bagi penderitanya. Oleh karena itu, bila kejang sering terjadi, beberapa langkah berikut ini bisa dilakukan untuk menghindari cedera tersebut.
2.  bagaimana dengan kondisi yang   dapat menimbulkan kejang dan  Kondisi yang memengaruhi otak.
3. Dalam banyak kasus, kejang tidak dapat dicegah. Bagaimana caranya mengurangi risiko terserang kejang 



11 komentar:

  1. Saya akan menjawab permasalahan no 2,Kondisi yang memengaruhi otak
    ●Penyakit jantung
    ●Preeklamsia
    ●Demam tinggi
    ●Tekanan darah tinggi yang tidak terkontrol
    ●Gangguan elektrolit
    ●Gejala putus zat
    ●Kadar gula darah tidak normal
    ●Penumpukan racun dalam tubuh akibat gagal hati atau gagal ginjal
    ●Sengatan atau gigitan hewan berbisa
    ●Tersengat listrik

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terimakasih atas jawabannya, saya akan menambahkan jawaban dari amalia yaitu,Gejala putus zatKadar gula darah tidak normalPenumpukan racun dalam tubuh akibat gagal hati atau gagal ginjalSengatan atau gigitan hewan berbisaTersengat listrik

      Hapus
  2. Saya akan menjawab permasalahan no 3, Cara pencegahan kejang secara spesifik tergantung pada pencetusnya masing-masing. Namun umumnya pencegahan dapat dilakukan dengan menghindari cahaya yang berkedip-kedip, stress yang berlebihan ataupun kelelahan fisik.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya setuju dengan jawabnnya tetapi saya akan menambahkan jawannya menurut saya yaitu: Bagi penderita kejang akibat epilepsi, dokter saraf juga akan menyarankan penderita untuk menjalani pola makan tinggi lemak dan rendah karbohidrat, yang disebut dengan diet ketogenik. Diet ketogenik diyakini bisa mencegah atau mengurangi serangan kejang pada epilepsi, terutama bagi anak-anak.

      Hapus
  3. Hai eza, saya akan menjawab permasalahan nomor 1
    Hal yang dilakukan untuk menghindari cidera, yaitu:
    • Mencegah kejang demam berulang
    • Mencegah status epilepsi
    • Mencegah epilepsi dan / atau mental retardasi
    • Normalisasi kehidupan anak dan keluarga.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terimaksih atas jawabannya, jawabannya setuju tetapi selain itu kita juga bisa melakukan hal Untuk mengatasi kejang, dengan dokter akan terlebih dahulu memberikan obat antikejang, agar kondisi pasien kembali stabil. Jenis dan dosis obat antikejang yang diberikan dapat berbeda pada tiap pasien.

      Hapus
  4. Hai eza, saya akan mencoba mnjwb soal no 1
    Hal yang dilakukan:
    • Mencegah kejang demam berulang
    • Mencegah status epilepsi
    • Mencegah epilepsi dan / atau mental retardasi
    • Normalisasi kehidupan anak dan keluarga.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya akan menambah jawaban dari rahmila yaitu dengan meMiringkan kepala penderita. Bila penderita muntah, posisi miring akan mencegah muntahan masuk ke dalam paru-paru.Segera panggil bantuan medis atau bantuan dari orang lain di sekitar.Temani penderita sampai kejangnya berhenti atau sampai petugas medis datang.

      Hapus
  5. Saya akan menjawab permasalahan no 2,Kondisi yang memengaruhi otak
    ●Penyakit jantung
    ●Preeklamsia
    ●Demam tinggi
    ●Tekanan darah tinggi yang tidak terkontrol

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terimakasih atas jawabannya, selqin dari faktor itu ada juga faktor dqri yaitu seperti Kadar gula darah tidak normal
      ●Penumpukan racun dalam tubuh akibat gagal hati atau gagal ginjal
      ●Sengatan atau gigitan hewan berbisa
      ●Tersengat listrik

      Hapus
  6. Jawabannya sudah betul, dan juga banyak fakto" lainnya yang mempengaruhinya

    BalasHapus