Antikonvulsan
adalah kelompok obat yang secara khas mengakibatkann berbagai gejala
neuropskiatrik apabila dosisnya melebihi kisaran teraupetik yang lazim.
Meskipun demekian, beberapa obat antikonvulsan dapat mengakibatkan masalah pada
sebagin kecil pasien bahkanpada dosis
normal.antikonvulsan dapat meredakan nyeri neuropatik dengan menstabilkan
aktivitas ektopikdari neuron atau yang cedera atau disfungsi. Antikonvulsan
dapat memengaruhi sensitisasi perifer,sensitisasi sentral,atau keduanya,tergantung
pada obat spesifik mana yng dipilih.karena obat-obatan ini tidak spesifik,efek
samping yang termasuk sedasi,pusing,pemikirankabur dan retensi air sering
terjadi dan sering membatasi manfaat terapinya. Antikonvulsan efektif sebagai
terapi nyeri neuropatik karena mampu mencegah aktivitas ektropik saraf
berlebihan pada saraf yang cedera pada konsentrasi yang lebih rendah dari yang
diperlukan untuk memblokir pembentukan dan konduksi impuls normal.
Antikonvulsan dapat menyebabkan terjadinya ruam. Ruam parah pernah dilaporkan
pada penggunaan karbamazepin, fenitoin dan lamotrigin.
Saraf-saraf dalam sel otak saling berkomunikasi melalui
sinyal listrik, sehingga dapat memerintahkan tubuh untuk bergerak atau
bertindak. Pada kondisi kejang, jumlah rangsangan sinyal listrik saraf melebihi
batas normal. Perubahan rangsangan sinyal saraf tersebut dapat disebabkan oleh
cedera pada otak, tumor otak, stroke, atau gangguan di luar otak, misalnya
gangguan elektrolit. Obat antikonvulsan dapat menormalkan kembali rangsangan di
sepanjang sel saraf, sehingga kejang dapat dicegah atau diatasi.
Obat antikonvulsan terdiri dari beberapa
jenis, yang meliputi:
·
Barbiturat. Obat ini menekan aktivitas sistem saraf pusat dan meningkatkan
aksi gamma-aminobutyric acid (GABA) yang menghambat neurotransmitter, sehingga
mencegah terjadinya kejang. Antikonsvulsan barbiturat dipakai dalam mengobati
semua jenis kejang. Contoh obat ini adalah phenobarbital.
·
Penghambat carbonic anhydrase. Obat ini menghambat enzim carbonic anhydrase,sehingga
mempengaruhi elektrolit dan keseimbangan asam basa pada sel. Hal ini dapat
mencegah kejang. Selain kejang, obat ini digunakan sebagai diuretik dan
mengatasi glaukoma. Contohnya adalah topiramate.
- Benzodiazepine. Obat ini bekerja dengan
cara menekan sistem saraf pusat dan meningkatkan aktivitas GABA. Contoh
obat ini adalah diazepam, clonazepam, dan lorazepam.
- Dibenzazepine. Obat ini juga
meningkatkan aktivitas GABA dan menghambat aktivitas natrium dalam sel.
Contoh obat ini adalah oxcarbazepine dan carbamazepine.
- Turunan asam lemak. Obat
ini menghambat enzim penghancur GABA, sehingga meningkatkan konsentrasi
GABA. Contoh obat ini adalah asam valproat (valporic acid).
- Hydantoin. Obat ini menghentikan
rangsangan sel saraf yang berlebihan saat kejang dengan menghambat
aktivitas natrium dalam sel saraf. Contoh obat ini adalah phenytoin.
- Pyrrolidine. Obat ini dipakai untuk
pengobatan epilepsi dan bekerja dengan cara memperlambat transmisi saraf.
Contoh obat ini adalah levetiracetam.
- Triazine. Obat ini dapat menghambat
pelepasan rangsangan neurotransmitter, glutamat, dan aspartate. Contoh
obat ini adalah lamotrigine.
- Analog gamma-aminobutyric acid (GABA). Obat
ini bekerja layaknya GABA dalam tubuh. Contoh obat ini adalah gabapentin.
- Obat antikonvulsan lainnya, misalnya
magnesium sulfat.
Salah satu bentuk
kejang yang sering dijumpai pada anak adalah kejang demam. Kejang demam adalah kejang disertai
demam ( suhu ≥ 100.4 ° F atau 38°C), tanpa infeksi sistem saraf, yang terjadi
pada bayi dan anak-anak 6 sampai 60 bulan.
Kejang demam terjadi pada 2% sampai 5% dari semua anak-anak, dengan
demikian menjadi bentuk yang paling umum
terjadi. Pada tahun 1976, Nelson dan Ellenberg, menggunakan data dari National Collaborative
Perinatal Project dan ditetapkan bahwa
kejang demam diklasifikasikan sebagai simpleks atau kompleks. Kejang demam simpleks didefinisikan sebagai kejang
yang terjadi setelah demam, yang
berlangsung selama kurang dari 15 menit dan tidak berulang dalam waktu
24 jam. Kejang demam kompleks didefinisikan sebagai kejang fokal, berlangsung
lebih dari 15 menit, dan atau berulang dalam waktu 24 jam.
DAFTAR
PUSTAKA
Rehatta,M.,
E.Hanindito.,A.R.Tantri.,I.K.Redjeki.,R.F.Soenarto.,D.Y.Bisri.,T.Musba dan
M.I.Lestari.2019. Anestesiologi dan
Terapi Intensif, PT.Gramedia Pustaka Utama,Jakarta.
David,A.T.2003.
Buku Saku Psikiatri,EGC,Jakarta.
Permasalahan:
1. kejang dapat mengakibatkan cedera yang
berbahaya bagi penderitanya. Oleh karena itu, bila kejang sering terjadi,
beberapa langkah berikut ini bisa dilakukan untuk menghindari cedera tersebut.
2. bagaimana dengan
kondisi yang dapat menimbulkan
kejang dan Kondisi yang memengaruhi otak.
3. Dalam
banyak kasus, kejang tidak dapat dicegah. Bagaimana caranya mengurangi risiko terserang kejang
Saya akan menjawab permasalahan no 2,Kondisi yang memengaruhi otak
BalasHapus●Penyakit jantung
●Preeklamsia
●Demam tinggi
●Tekanan darah tinggi yang tidak terkontrol
●Gangguan elektrolit
●Gejala putus zat
●Kadar gula darah tidak normal
●Penumpukan racun dalam tubuh akibat gagal hati atau gagal ginjal
●Sengatan atau gigitan hewan berbisa
●Tersengat listrik
Terimakasih atas jawabannya, saya akan menambahkan jawaban dari amalia yaitu,Gejala putus zatKadar gula darah tidak normalPenumpukan racun dalam tubuh akibat gagal hati atau gagal ginjalSengatan atau gigitan hewan berbisaTersengat listrik
HapusSaya akan menjawab permasalahan no 3, Cara pencegahan kejang secara spesifik tergantung pada pencetusnya masing-masing. Namun umumnya pencegahan dapat dilakukan dengan menghindari cahaya yang berkedip-kedip, stress yang berlebihan ataupun kelelahan fisik.
BalasHapusSaya setuju dengan jawabnnya tetapi saya akan menambahkan jawannya menurut saya yaitu: Bagi penderita kejang akibat epilepsi, dokter saraf juga akan menyarankan penderita untuk menjalani pola makan tinggi lemak dan rendah karbohidrat, yang disebut dengan diet ketogenik. Diet ketogenik diyakini bisa mencegah atau mengurangi serangan kejang pada epilepsi, terutama bagi anak-anak.
HapusHai eza, saya akan menjawab permasalahan nomor 1
BalasHapusHal yang dilakukan untuk menghindari cidera, yaitu:
• Mencegah kejang demam berulang
• Mencegah status epilepsi
• Mencegah epilepsi dan / atau mental retardasi
• Normalisasi kehidupan anak dan keluarga.
Terimaksih atas jawabannya, jawabannya setuju tetapi selain itu kita juga bisa melakukan hal Untuk mengatasi kejang, dengan dokter akan terlebih dahulu memberikan obat antikejang, agar kondisi pasien kembali stabil. Jenis dan dosis obat antikejang yang diberikan dapat berbeda pada tiap pasien.
HapusHai eza, saya akan mencoba mnjwb soal no 1
BalasHapusHal yang dilakukan:
• Mencegah kejang demam berulang
• Mencegah status epilepsi
• Mencegah epilepsi dan / atau mental retardasi
• Normalisasi kehidupan anak dan keluarga.
Saya akan menambah jawaban dari rahmila yaitu dengan meMiringkan kepala penderita. Bila penderita muntah, posisi miring akan mencegah muntahan masuk ke dalam paru-paru.Segera panggil bantuan medis atau bantuan dari orang lain di sekitar.Temani penderita sampai kejangnya berhenti atau sampai petugas medis datang.
HapusSaya akan menjawab permasalahan no 2,Kondisi yang memengaruhi otak
BalasHapus●Penyakit jantung
●Preeklamsia
●Demam tinggi
●Tekanan darah tinggi yang tidak terkontrol
Terimakasih atas jawabannya, selqin dari faktor itu ada juga faktor dqri yaitu seperti Kadar gula darah tidak normal
Hapus●Penumpukan racun dalam tubuh akibat gagal hati atau gagal ginjal
●Sengatan atau gigitan hewan berbisa
●Tersengat listrik
Jawabannya sudah betul, dan juga banyak fakto" lainnya yang mempengaruhinya
BalasHapus